11 Bank Patungan Divestasi Freeport

11 Bank Patungan Divestasi Freeport

Perusahaan penambangan milik negara PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) telah memperoleh dukungan dari 11 bank untuk membeli 51 persen saham penambang emas dan tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk menyelesaikan transaksi divestasi.

Inalum membutuhkan US $ 3,85 miliar untuk menyelesaikan kesepakatan pada akhir 2018, sesuai jadwal.

Ada 11 bank yang siap mencairkan dana untuk transaksi. Kami belum bisa mengungkapkan [bank], ”kata Direktur Utama Inalum Budi Gunai pada hari Kamis, setelah menandatangani kesepakatan dengan PTFI di Kementerian Keuangan.

Budi juga tidak memberikan rincian saldo dana Inalum yang diperlukan untuk membeli saham, tetapi ia menyebutkan bahwa perusahaan induk saat ini memiliki hampir $ 1,5 miliar dalam bentuk tunai.

Dari $ 3,85 miliar yang diperlukan untuk menyelesaikan divestasi, $ 3,50 miliar akan digunakan untuk membeli bunga partisipasi Rio Tinto di PTFI, yang kemudian akan dikonversi menjadi saham. Sisanya $ 350 juta digunakan untuk membeli 100 saham yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan raksasa Amerika, Freeport McMoRan di PTFI.

Kami berharap semua transaksi akan selesai dalam dua bulan ke depan, sehingga kami dapat [menutup transaksi],” kata Budi.

Pemerintah tanda tangani kesepatakan tentang divestasi Freeport

Pemerintah pada hari Kamis menandatangani kepala perjanjian (HoA) dengan Freeport McMoRan tentang divestasi PTFI, yang mengoperasikan Grasberg, tambang emas terbesar di dunia.

Kesepakatan itu adalah bagian dari perjanjian tahun lalu antara pemerintah dan Freeport pada empat persyaratan: meningkatkan kepemilikan Indonesia di PTFI dari 9,36 persen menjadi 51 persen, mengembangkan smelter dalam lima tahun, memastikan stabilitas investasi, dan mengubah kontrak kerja PTFI (CoW) menjadi ijin penambangan khusus (IUPK).

Freeport memang sudah sejak lama mengelola emas dan tembaga yang ada di Papua. Perusahaan ini sudah sejak lama memonopoli emas milik Indonesia dan diperkirakan telah mengeruk banyak emas dari wilayah Papua dan Indonesia harus merelakan berbagai keuntungan yang seharusnya bisa dimiliki karena hanya memiliki sedikit saham Freeport yang mengelola emas di daerah tersebut.