Komariah, ibu dari M. Rizki Syahputra, 10 tahun, salah satu dari dua anak yang meninggal pada 28 April saat acara amal di Monumen Nasional (Monas) Park di Jakarta Pusat, telah menjatuhkan laporan polisi setelah ditanyai oleh Jakarta. Polisi pada hari Sabtu, pengacaranya mengatakan.
Irfan Iskandar, seorang pengacara yang ditunjuk oleh Komariah untuk menggantikan mantan pengacaranya M. Fayyadh, mengatakan Komariah telah datang untuk berdamai dengan insiden itu.
“Dia telah secara resmi menjatuhkan laporan. Saya telah mengirimkan surat resmi untuk membatalkan laporan, yang telah ditandatangani oleh Komariah, kepada penyidik. Dia menjatuhkan laporan itu karena dia telah menyetujui insiden itu dan telah menerimanya sebagai kehendak Tuhan, ”kata Irfan, Sabtu seperti dikutip oleh kompas.com.
Irfan mengatakan keputusan Komariah dibuat tanpa intimidasi dari pihak manapun.
Namun, ia mengakui bahwa Henry Indraguna, seorang pengacara yang mewakili Dave Santosa, ketua Forum Untukmu Indonesia, yang menyelenggarakan acara tersebut, telah berkomunikasi dengan Komariah.
Keduanya dilaporkan telah mencapai kesepakatan dan berdamai. Irfan menolak untuk mengatakan apakah Dave telah menjanjikan kompensasi untuk Komariah.
“Dia telah menerimanya [kematian putranya] dan melihatnya sebagai kehendak Tuhan. Karena itu, dia menerima kesepakatan damai, ”tambahnya.
Mantan pengacara Komariah, Fayyadh, sebelumnya mengatakan kliennya telah diminta untuk tidak membahas kronologi kejadian itu kepada siapa pun dengan imbalan uang.
Fayyadh mengatakan dua anggota Relawan Merah Putih telah memberikan Rp 5 juta (US $ 358) dengan uang sepi kepada Komariah dan Rp 10 juta kepada keluarga Mahesa Junaedi, seorang anak berusia 12 tahun yang juga meninggal selama acara tersebut.
Relawan pendukung Jokowi dan Ahok
Relawan Merah Putih adalah kelompok kampanye yang mendukung Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama pemilihan presiden 2014 dan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat selama pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Peristiwa ini juga membuat beberapa pihak seperti kepolisian hingga pemprov DKI Jakarta memiliki argumen tersendiri. Sebelumnya, kepolisian memastikan bahwa kematian anak yang ada dalam acara pembagian sembako di Monas merupakan karena sang anak mengalami masalah dengan penyakit. Meskipun ini dibantah oleh pemprov DKI Jakarta yang mengatakan bahwa anak tersebut memang ikut berdesakan sehingga membuat nyawannya melayang.